BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
seumur hidupnya, setiap individu mengalami perkembangan kepribadian yang
mencakup perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional, dan juga mengalami
tahap-tahap perkembangan yang meliput, masa balita, masa kanak-kanak, masa
anak, masa remaja, mada dewasa dan masa tua.
Pendidikan
memiliki peranan yang penting bagi setiap individu dalam setiap tahap-tahap
perkembangannya, mulai dari lahir hingga masa tua, apalagi seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, makan
pendidikan sangat penting. Manusia yang tidak berpendidikan akan jauh berbeda
di bandingkan manusia berpendidikan, contoh nya saja dari segi moral, kita bisa
mengetahui bagaimana pendidikannya apalagi ilmu pengetahuannya.
Menyadari
pentingnya pendidikan dalam setiap tahap-tahap perkembangan kita, maka tidak
bisa kita pungkiri bahwa pendidikan yang kita dapatkan melalui pendidikan
sekolah saja tidaklah cukup. Pendidikan tidaklah berakhir setelah berakhirnya
masa sekolah, tetapi sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep yang menerangkan keseluruhan
peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan
hidup manusia.[1]
Oleh
karena itu perlu kejelasan tentang pendidikan seumur hidup, di antaranya konsep
pendidikan seumur hidup, pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif,
dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup, eksisitensi pendidikan
seumur hidup serta srategi pendidikan seumur hidup.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa saja konsep
pendidikan seumur hidup?
2. Apa saja perspektif
tentang pendidikan seumur hidup?
3. Apa saja dasar,
tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup?
4. Apa saja
eksisitensi pendidikan seumur hidup?
5. Apa strategi
pendidikan seumur hidup?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Dapat memahami
konsep pendidikan seumur hidup
2. Dapat mengetahui
pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif.
3. Dapat memahami
dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup.
4. Dapat memahami
eksisitensi pendidikan seumur hidup.
5. Dapat mengetahui
strategi pendidikan seumur hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Pendidikan Seumur Hidup
Dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.[2]
Hal ini berarti bahwa setiap manusia diharapkan supaya selalu
berkembang sepanjang hidup dan di lain pihak masyarakta dan
pemerintah diharapka agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk
belajar.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas
bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontinu) dari bayi
sampai meninggal dunia.
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup
dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang
GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional
:
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[3]
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[3]
Konsepsi
manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional
(UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam konsep pendidikan seumur hidup pendidikan sekolah,
pendidikan kuar sekolah yang dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan saling
mengisi dan saling memperkuat.
Philip H. Coombs mengklasifikasikanpendidikan ke dalam
tiga bagian, yaitu pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak
dilembagakan), pendidikan formal (pendidikan sekolah) dan pendidikan non-formal
(pendidikan luar sekolah yang dilembagakan).[4]
1) Pendidikan Luar Sekolah yang Tidak
Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah
proses pendidikan yang diperoleh seseorng dari pengalaman sehari-hari dengan
sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak
seseorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga,tetangga, pekerjaan,
hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
Walaupun demikian, pengaruhnya sangat besar dalam
kehidupan seseorang, karena dalam kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah
yang tidak dilembagakan berperan penting melalui keluarga, masyarakat dan
pengusaha.
2) Pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah adalah pendidikan di sekolahyang teratur,
sistematis, mempunyai jenjang yang di bagi dalam waktu-waktu tertentu yang
berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Akan tetapi, saat ini sekolah bukan satu-satunya tempat
bagi setiap oranguntuk belajar. Namun kita menyadari bahwa sekolah merupakan
tempat dan periode yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk
membina seseorang dalam menghadapi masa depannya.
3) Pendidikan Luar Sekolah yang
Dilembagakan
Pendidikan luar seklolah yang dilembagakan adalah semua
bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan
berencana di luar kegiatan persekolahan.
Bagi masyarakat Indonesia, yang masih banyak dipengaruhi
oleh proses balajar tradisional, pendidikan luar sekolah yang dilembagakan akan
merupakan cara yang mudah sesuai dengan daya tangkap rakyat, dan
mendorong rakyat menjadi belajar, sebab pemberian
pendidikan tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan
kebutuhan para peserta didik.
Calon peserta didik (raw-input) pendidikan luar sekolah
yang dilembagakan yaitu :
a. Pendidikan
usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan / kesempatan memasuki
sekolah.
b. Orang dewasa yang
tidak pernah bersekolah.
c. Peserta didik
yang putur sekolah (drop-out), baik dari pendidikan dasar, menengah dan
pendidikan tinggi.
d. Peserta didik yang
telah lulus satu sistem pendidikan sekolah, tetapi tidak dapat melanjutkan ke
tingkat yang lebih tinggi.
e. Orang yang
telah bekerja, tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Jadi pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dapat
memperkuat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan.
2.2 Pendidikan
Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
1. Tinjauan Ideologis
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2. TinjauanSosiologis
Pada umumnya di Negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang tualah yang menjadi solusi dari masalah tersebut.
Pada umumnya di Negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang tualah yang menjadi solusi dari masalah tersebut.
3. Tinjauan Filosofis
Di
negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak
mrmilih dan memahami fungsi perintah DPR, MPR dan sebagainya karenanya
pendidikan kewerganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang atau masyarakat.
4. Tinjauan Tekhnologi
Di era
globalisasi seperti sekarang ini tampaknya dunis di landa oleh eksplosi /
ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Tinjauan Psikologis dan
Pedagogis
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
6. Tinjuaan Ekonomi
Di negara yang sedang berkembang,
sebagian besar penduduk dalam keadaan buta huruf dan kurang pendidikan. Bahkan
sebagian yang telah berpendidikan tidak mendapat kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan sesuai dengan kemajuan zaman. Cara yang paling efektif untuk keluar
dari lingkaran setan kemelaratan yang menyebabkan kebodohan dan kebodohan yang
menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.
7. Tinjauan Politik
Pemerataan demokrasi dan
hak pilih dalam rangka pemerintahan yang demikian, menuntut kedewasaan warga
dalam kehidupan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan menjadi makin lama makin
penting dan ini menjadi tugas pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.
2.3 Dasar,
Tujuan dan Implikasi Pendidikan Seumur Hidup
A. Dasar-dasar
1) Dasar-dasar Filosofis
Secara filosofis (filsafah manusia) hakikat kodrat
manusia merupakan kesatuan integralsegi-segi / potensi-potensi (esensial) :
v Manusia sebagai makhluk pribadi (individual being)
v Manusia sebagai makhluh sosoal (social being)
v Manusia sebagai makhluk susila (moral being)[5]
Ketiga esensial ini merupakan potensi-potensi dan
kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang dimiliki setiap manusia.
Ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia. Artinya bagaimana
individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara optimaldan
berkeseimbangan, itulah wujud kepribadiannya.
2) Dasar-dasar Psikologisnya
Yang dimaksud dasar-dasar psikologis ialah dasar-dasar
kejiwaan dan kejasmanian manusia.[6] Realitas
psikofisis manusia menunjukan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara :
· Potensi-potensi dan
kesadaran rohanian baik segi pikir, rasa, karsa,
cipta, maupun bubi-nurani
· Potensi-potensi dan
kesadaran jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal
yang secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan
· Potensi-potensi
psikofisis ini juga berada di dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah
(fisik) maupun sosial-budaya (manusia dan nilai-nilai)
3) Dasar-dasar Sosial Budaya
Meskipun manusia adalah makhlik ciptaan Tuhan yang
merupakan bagian dari umat manusia dan alam semesta, namun manusia Indonesia
terbina pula oleh tata nilai sosial budayanya sendiri.
Dimensi
sosial budaya itu mencakup :
a. Tata nilai warisan budaya
bangsa yang menjadi filsafah hidup rakyatnya seperti nilai ketuhanan,
kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong royong dan tenggang rasa.
b. Nilai-nilai filsafah negaranya,
yakni Pancasila.
c. Nilai-nilai budaya dan tradisi
bangsanya.
d. Tata kelembagaan dalam hidup
bermasyarakat dan kenegaraan baik yang non-formal maupun formal.
B. Tujuan
1. Untuk mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodratdan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembawaan seoptimal mungkin.
2. Berlangsung selama
manusia hidup seirama dengan pertumbuhan kepribadian manusia yang bersifat
dinamis.
C. Implikasi
1. Pengertian
implikasi
Yaitu akibat langsung atau konsekuensi dari suatu
keputusan. Jadi sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan dan
keputusan.[7]
2. Segi-segi
implikasi
a. Manusia
seutuhnya sebagai subjek didik atau sasaran didik
b. Proses
berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup manusia.
3. Materi
didikannya
Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu
maka dapatlah dikembangkan wujud manusia seutuhnya dengan membina dan
mengembangkan sikap hidup :
a. Potensi jasmani dan panca indra
Dengan mengembangkan sikap hidup : sehat, memelihara gizi
makanan, olahraga teratur, istirahat yang cukup, linhkungan hidup bersih.
b. Potensi pikir (rasional)
Dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, balajar
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis
dan objektif.
c. Potensi perasaan
1) Perasaan
yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan dengan menghayati tata
nilai ketuhanan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafah.
2) Perasaan
estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagaiseginya.
d. Potensi karsa atau kemauan yang keras
dengan mengembangkan sikap rajin belajar / bekerja, ulet, tabah menghadapi
semua tantangan
e. Potensi cipta dengan
mengembangakan daya kreasi dan imajnasi.
f. Potensi karya, semuanya
di harapkan dilksanakan secara operasional.
g. Potensi budi nurani : Ketuhanan
dan keagamaan, yakni keadaan moral yang meningkatkan harkat dan martabat
manusia menjadi manusia berbudi luhur dan bertaqwa.
4. Implikasi konsep
pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan.
Ilmu pendidikan, dikelompokkan menjadi beberapa kategori
berikut :
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh ananda W. P. Guruge dalam bukunya To Ward Better Education Managemen,[8] dalam buku dasar-dasar :
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh ananda W. P. Guruge dalam bukunya To Ward Better Education Managemen,[8] dalam buku dasar-dasar :
a) Pendidikan baca
tulis fungsional.
Memang sulit untuk membuktikan peranan melek
uiruf fungsional,terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun
pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kehidupan rakyat
jelata, misalnya para petani, disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan
baru pada mereka. Pengetahuan baru itu dapat diperoleh terutama melalui bahan
bacaan.
b) Pendidikan
vokasional.
Pendidikan vokasional adalah sebagai program pendidikan
diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan
formal dan non formal, sebab itu program pendidikan yang bersifat remedial agar
para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat
penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak
boleh dipandang sekali jadi lantas selesai. Dengan terus berkembang dan majunya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut
pendidikan vokasional itu tetap dilaksanakan secara kontinue.
c) Pendidikan
profesional.
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat
profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan
profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut
metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab
bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi
professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
d) Pendidikan ke arah perubahan dan
pembangunan
Diakui bahwa diera globalisasi dan informasi yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai
dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik,
sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja
konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong
education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan
usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga
merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.
e) Pendidikan kewarganegaraan dan
kedewasaan politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat. Yang
semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di
Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan
politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinue
dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.
f) Pendidikan cultural dan
pengisian waktu senggang
Pendidikan
kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif
sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat
dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat
berjalan menyenangkan.
2.4 Eksistensi
Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan sepanjang hayat (life long education)
dalam prakteknya, sudah dilaksanakan oleh manusia sejak manusia ada di dunia
ini. Namun secara konsepsionallife long education merupakan
suatu konsep baru dalam pendidikan. Secara konsepsional dan kesadaran akan
segala konsekuensinya baru dirasakan dan disadari pada dekade akhir enam
puluhan.
Menurut konsep life long education,
pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Pendidikan akan selalu
berlangsung dalam totalitas kehidupan, di dalam keluarga, suku bangsa, melalui
agama, mesjid, gereja, sekolah formal, organiasi-organisasi kerja,organisasi
pemuda, membaca buku, mndengarkan radio dll.
Pada abad ke-19, sekolah merupakan suatu lembaga formal
yang diperuntukkan bagi anak-anak, yang harus taat pada disiplin dan
ketentuan-ketentuan yang sangat ketat dan kaku. Sekolah merupakan suatu
keharusan dan dianggap sebagai penyebab utama kemajuan masyarakat dan industri
yang sangat cepat.[9]
Menurut Hummel pada waktu itu kehidupan kehidupan
seseorang dibagi pada tiga periode yang terpisah satu sama lainnya, yairu : (1)
sekolah dan belajar, (2) kehidupan yang aktif dan (3) usia lanjut.[10]
2.5 Strategi
Pendidikan Seumur Hidup
Ada
strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup menurut Prof.
Soelaiman Joesoef,[11] yaitu
:
a. Konsep-konsep
Kunci Pendidikan Seumur Hidup
1) Konsep pendidikan
seumur hidup itu sendiri.
Diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidkan.
Yang berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia.
2) Konsep belajar seumur
hidup
Berarti
pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang di dasari untuk belajar
dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membatu belajar.
3) Konsep pelajar
seumur hidup
Yang
dimaksudkan adalah orang-orang yang menyadari dirinya adalah pelajar seumur
hidup, dengan belajar dengan cara logis untuk bisa menghadapi dan mengatasi
semua tantangan dalam hidupnya.
4) Kurikulum yang
membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum
didesain sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan pelajar seumur hidup yang
secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.
b. Arah
Pendidikan Seumur Hidup
Umumnya di arahkan pada orang dewasa dan
anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang
sangat di butuhkan dalam hidupnya.
1. Pendidikan seumur
hidup pada orang dewasa.
Membutuhkn pendidikan seumur hidup ini dalam rangka
pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan hidup mereka sepanjang masa.
2. Pendidikan seumur hidup
bagi anak-anak
Merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan karena anak akan menjadi tempat awal bagi orang dewasa nantinya
dengan segi kelebihan dan kekurangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara kontinue, dan tidak terbatas
oleh waktu seperti pendidikan formal, proses belajar seumur hidup tidak hanya
dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat bisa
melaksanakanya.
Penerapan
cara berfikir menurut azas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan
kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah
adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama
adalah sebagai motifator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalm hal
belajar, sekolah adalah pusat kegiatan belajar masyarakat sekitar. Sehingga
dalam rangka pandangan mengenai pandidikan seumur hidup, maka semua orang
secara potensial merupakan anak didik.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini penulis uraikan, di harapkan
dengan adanya pembahasan makalah ini, masyarakat lebih menyadari
betapa pentingnya pendidikan, dan kita sebagai mahasiswa bisa lebih giat
belajar dan juga menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung pada
jenjang perkuliahan namun pendidikan itu berlangsung seumur hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005
Joesuf,
Soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta :
Bumi Aksara,
1999
Salam,
Burhanuddin, Pengantar Pedagogik, Jakarta : PT Rineka Cipta,
2002
Mudyaharja,
Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada,
2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar