Rabu, 03 Juni 2015

Fi'il Lazim & Muta'addi



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
      Dalam pendidikan bahasa Arab, banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui, seperti: ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul “FI’IL LAZIM dan MUTA’ADDI”, yang mana materi ini salah satu materi penting yang harus diketahui  dalam Ilmu Sharaf. Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari ilmu tafsir, ilmu hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu islam yang lain. Makalah ini juga disusun karena merupakan tugas kelompok yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dalam mata kuliah ini.
      Salah satu pembahasan yang dibahas dalam ilmu sharaf  adalah fiil Lazim dan Muta’addi di mana fiil lazim adalah ialah fiil yang tidak memerlukan maf’ul bih, sedangkan fi’il Muta’addi ialah f’iil yang memerlukan maf’ul bih.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian fiil Lazim dan fi’il Muta’addi?
2.    Kapan fiil itu disebut lazim?
3.    Kapan fiil itu disebut muta’addi?

C.  Tujuan Karya Ilmiah
       Adapun tujuan dalam karya ilmiah ini, penulisan mencoba memberikan beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2.      Menumbuhkan etos dikalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3.      Karya ilmiah yang telah di tulis itu diharapkan menjadi wahana tranformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang  berminat membacanya.
4.      Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

D.  Manfaat Karya Ilmiah
       Selanjutnya, penulisan memberikan manfaat menulis karya ilmiah sebagai berikut :
1.      Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
2.      Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
3.      Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
4.      Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
5.      Memperoleh kepuasaan intelektual.
6.      Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Fiil Lazim dan Muta’addi

1.    Fiil Lazim
      Fiil lazim ialah fiil yang tidak memerlukan maf’ul bih, seperti  خرج  dan  فرح. Contoh:
انا رجعت من المدرسة
هو ىخرج من الفصل
2.     Fiil Muta’addi
      Fiil muta’addi yaitu fi’il yang memerlukan maf’ul bih. Fiil muta’addi itu ada 4 bagian, yaitu:
a.    Menashabkan satu maf’ul bih. Contoh:
(Dia telah menulis pelajaran)  كتب الدرس
b.    Menashabkan dua maf’ul bih, yang kedua-duanya bukan berasal dari mubtada’ dan khabar.[1] Seperti: اعطى, البس, كسا, منع, منح, سال. Contohnya dalam jumlah:
(saya telah memberi murid itu sebuah buku) اعطيت المتعلم كتابا
c.   Menashabkan dua maf’ul bih yang asalnya mubtada’ dan khabar, yaitu fiil-fiil:
جعل, زعم,حسب, خال,هب, حجا, عد.
Memberi arti : mengira/ perkiraan /menduga.
Begitu juga  راى, علم, وجد, القى, درى, تعلم ,memberi arti: berkeyakinan/yakin.
Demikian pula صير,رد, ترك, جعل, وهب   memberi arti perubahan.
Seperti lafal : ظننت المخبر صادقا (saya kira pemberi berita itu jujur). Yang menjadi contoh adalah ظن dalam ظننت. Kadang-kadang انserta isim dan khabarnya menempati tampat dua maf’ul. Seperti lafal:
يحسبون انهم يحسنون صنعا
(Mereka mengira, bahwa mereka ahli dalam membuat)
Jumlah انهم  يحسنون صنعا  adalah menempati dua maf’ul dari fiil يحسبون .
      Jika fiil terletak setelah kedua ma’mulnya, atau di antara keduanya, maka boleh i’mal dan ilgha’. Ilgha’ ialah membatalkan amalnya pada lafal dan tempat I’rab. Seperti lafal محمد عالم اظن lafal اظن dalam contoh ini tidak beramal.
      Apabila fiil itu diiringi oleh استفهام (kata tanya), lam ibtida’, lam qasam, atau لا, ان, ما nafiyah( yang berarti tidak), maka wajib menta’liq fiil itu dari amalnya.
      Ta’liq, yaitu membetulkan amal fiil pada lafalnya, tetapi tidak pada tempat I’rabnya. Contoh: ولقد علموا لمن اشتراه ماله فى الاخيرة من خلاق (Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yamg menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat). Yang menjadi contoh adalah lafal علموا لمن( lam ibtida’ mengiringi (علموا.
ولقد علمت ما هؤلاء ينطقون (Seungguhnya kamu (hai, Ibrahim) telah mengetahui, bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara). Yang jadi contoh adalah lafal  علمت ما هؤلاء (ما nafiyah mengiringi علمت). Ilgha’ dan ta’liq tidak terjadi pada fiil-fiil tahwil ( yang mengandung arti perubahan ), dan tidak pula pada fi’il-fi’il هب dan تعلم.
d.   Menashabkan tiga maf’ul, yaitu fiil-fiil اري, اعلم, انبا, نبا, اخبر, خبر, حدث
Contohnya:
يريهم الله اعمالهم حسرات عليهم
Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka. Yang menjadi contoh tiga maf’ul bih, yaitu dhamir هم pada يريهم, اعمل, حسرات
                                   
3.     Fiil itu menjadi lazim, bila:
a.    Jika termasuk bab كرم , seperti شرف, حسن, جمل
b.  Termasuk bab فرح, yang artinya menunjukkan warna, indah, gembira, sedih. Seperti حمر(merah), طرب(gembira), dan حزن (sedih).[2]
c.    Menunjukkan akibat dari fiil muta’addi yang menasabkan satu maf’ul, seperti:
(Saya telah memecahkan batu itu, maka ia telah menjadi pecah) الحجر وانكسر كسرت. Yang menjadi contoh adalah انكسر .
(Saya telah menggelindingkan batu itu, maka ia pun menggelinding) دخرجته فتدخرج. Yang menjadi contoh adalaتدخرج  .
d.   Berwazan افعلل seperti اقشعر (merinding bulu-bulu badan) dan berwazan افعنلل, seperti اخرنجح( berkumpul).
e.    Diubah wazannya menjadi فعل menjadi فهم.
Contohnya seperti lafal فهم الرجل (orang itu paham).
4.    Fiil itu menjadi muta’addi, apabila:
a.   Di masuki hamzah ta’diyah.[3]
Contohnya seperti lafal:
الله لا اله الا هو الحي القيوم نزل عليك الكتاب باحق مصدقا لما بين يديه وانزل التوراة والانجيل من قبل هدى للناس وانزل الفرقان.
“Allah, tidak Tuhan melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Alkitab ( Alquran) kepadamu dengan sebenarnya; membe narkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Alquran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Alfurqan.”
b.  Dengan Tadh’if pada huruf keduanya. Contohnya:
)Dia menurunkan Alkitab (Al-quran) kepadamu( .نزل عليك الكتاب    
c.   Menunjukkan arti: sama-sama berbuat. Seperti lafal:
)Saya bergaul, sama-sama duduk berdampingan dengan ulama( جلست العلماء
d.  Berwazan  استفعل dan menunjukkan arti: menuntut /hubungan atau pandangan. Seperti lafal :
( saya berusaha mengeluarkan harta)  استخرجت المال
(Saya memandang buruk penganiayaan) استقبحت الظلم
e.   Gugur bersama huruf jar, dan tidak terjadi, melainkan beserta ان atau  ان  Contohnya :
(Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan , keuali Dia) شهدالله انه لااله الاهو
(Dan apakah kamu (tidak percya) dan heran, bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu). او عجبتم ان جاء كم دكر من ربكم. Yang menjadi contoh شهد ان  dan عجب ان. Huruf jar yang gugur ب  dari شهد dan من dari  عجب.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Setelah penulis berusaha menguraikan masalah dalam setiap babnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa, Fiil lazim ialah fiil yang tidak memerlukan maf’ul bih. Contoh: انا رجعت من المدرسة . Sedangkan Fiil Muta’addi ialah fiil yang memerlukan maf’ul bih, misalnya : memukul, berarti ada yang dipukul: menolong berarti ada yang ditolong itu di sebut objek atau penderita. Karena fiil muta’addi selalu selalu memerlukan objek maka dinamakan جملة فعلية متعدية ialah kalimat verbal yang mempunyai maful bih. Contohnya احمد يضرب عمر. Fiil itu menjadi lazim, bila menunjukkan akibat dari fi’il muta’addi yang menasabkan satu maf’ul, contohnya seperti lafal فهم الرجل (orang itu paham). Fiil itu menjadi muta’addi, apabila, dimasuki hamzah ta’diyah, dengan Tadh’if pada huruf keduanya, menunjukkan arti sama-sama berbuat, berwazan  استفعل dan menunjukkan arti menuntut /hubungan atau pandangan, gugur bersama huruf jar.
B.  Saran
      Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan–kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Adapun saran yang ingin di sampaikan penulis yaitu, penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang menulis ilmiah. Semoga dengan karya tulis ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sunarto. 1990. Qowaidul lughoh, Jakarta: Al-Hidayah.
Agus, Purwanto. 2008. Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, Surabaya: PT Mizan Pustaka.
Akrom, Fahmi. 1995. Tata Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hakim, Taufiqul. 2003. Qaidaty ( Rumus dan Qoidah). Jepara: Al-Falah Offset.

Thalib, Muhammad. 2009. Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab, Jakarta: Media Hidayah.
                                     



[1] Fahmi Akrom, Tata Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).
[2] Thalib Muhammad, Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab, (Jakarta: Media hidayah, 2009).
[3] Ibid,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar